Chapter 22: The Rhetoric
Of Aristotle
Retorika
adalah komunikasi dua arah, face to face, satu atau lebih orang (seorang
berbicara kepada beberapa orang maupun seorang bicara kepada seorang lain). Tujuannya adalah untuk membantu yang di
persuasi dalam
membangun citra tentang masa depan, masa untuk bertindak, yaitu melalui
retorika, persuader dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan
kepercayaan, nilai, pengharapan mereka. Retorika diartikan sebagai seni membangun argumentasi dan seni
berbicara “the art of constructing arguments and speech making”.
RHETORIC: MAKING PERSUASION PROBABLE
Retorika
merupakan seni berbicara secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada
sejumlah orang secara langsung atau sedang bertatap muka. Retorika juga
diartikan dengan membujuk atau secara
persuasi untuk menghasilkan bujukan melalui karakter pembicara
orator/pembicara tersebut. Terdapat 3 teknik persuasi yaitu:
1. Courtroom(forensic): pembicaraan digunakan oleh
para juri yang berusaha memutuskan fakta apakah seorang bersalah atau tidak
2. Political(deliberative): pembicaraan digunakan
untuk mempengaruhi legislative atau
pemilih yang dapat mempengaruhi kebijakan di masa depan
3. Ceremonial(epideictic): pembicaraan
untuk menghimpun pujian atau kesalahan pada pihak lain untuk kebaikan penonton.
Merupakan unsur unsur yang dibangkitkan oleh pembicara kepada
massa/pendengar, pembicara harus memenuhi unsur tersebut agar persuasi terjadi
dengan baik.
Inartistic proofs adalah bukti eksternal yang tidak dibuat
oleh sang pembicara. Sementara Artistic proofs adalah bukti internal yang
dibuat oleh sang pembicara mengandalkan logos,
pathos dan ethos.
1.
Logos: Quasi-Logical Arguments That Make Sense
Mencakup logika, ilmu, hal yang sesuai fakta dan berurut.
Pembuktian logika ini bermula dari argumentasi sang pembicara/orator. Menurut
Aristotle ada dua konsep dari pembuktian logis, yaitu enthymeme dan example. Enthymeme adalah penarikan kesimpulan
yang belum sempurna atau semacam silogisme yang belum sempurna. Tujuan enthymeme adalah agar masyarakat
menggunakan logika nya sendiri untuk menafsirkan. Dengan menggunakan cara pikir
yang sama dengan sang orator. Example
bertujuan untuk memperkuat pembuktian dengan memberi detail contoh cotoh dari
pemikiran yang dimaksud.
2.
Pathos: Emotional Appeals That Strike a Responsive Chord
Pembuktian secara emosional dapat dirasakan dari bagaimana
perpindahan perasaan yang dirasakan sang pembicara mampu dirasakan oleh
masyarakat. Orator yang cerdas mampu mengendalikan suasana emosi yang dia
inginkan. Emosi yang terasa bukan emosi apa yang diinginkan oleh masyarakat,
tapi emosi yang ingin diciptakan oleh orator itu sendiri.
3.
Ethos: Perceived Source Credibility
Bagaimana karakter sang orator terungkap dari pesan pesan
yang ia sampaikan. Orator tersebut harus terlihat memiliki kredibilitas.
Mencakup perceived intelligence/kecerdasan,
Virtous character/karakter dan Goodwill/niat baik. Perceived intelligence adalah kemampuan sang orator membagi
kepercayaan kepada masyarakat, karena masyarakat menila seorang orator cerdas
jika mereka memiliki kesamaan pemikiran. Orator yang cerdas mampu membaca cara
pikir masyarakat kemudian menyesuaikan dengan cara pikirnya. Virtous Character adalah citra sang
orator, jika sang orator memilik karakter yang baik maka masyarakat cenderung
lebih mudah untuk percaya. Sebaliknya jika karakter orator kurang baik maka
kata kata yang disampaikan akan sulit dipercaya. Goodwill adalah penilaian positif yang ditularkan oleh orator
kepada masyarakat. Niat baik ini biasanya dapat menyentuh hati masyarakat.
THE FIVE CANONS OF
RHETORIC
Adalah konsep untuk mengukur kualitas seorang orator yang
baik, konsep ini digunakan agar orasi menjadi efektif.
1. Invention: Menciptakan argumentasi, sang orator harus memiliki
penguasaan terhadap berbagai macam topik, isu, informasi dan lain lain agar
dapat digunakan sebagai argumentasi ketika berorasi.
2. Arrangement: Penyusunan bahan bahan atau materi argumentasi. Sebaiknya
diawali dengan upaya untuk menarik perhatian masyarakat, baru menjelaskan
orasi.
3. Style: Gaya bicara atau pemilihan Bahasa yang digunakan oleh
orator.
4. Delivery: Teknik penyampaian orasi, cara penyampaian yang untik
adalah hal penting dalam sebuah orasi. Jika masyarakat menilai cara
penyampaiannya menarik maka orasi tersebut dinilai efektif.
5. Memory: Kemampuan orator mengingat materi yang disampaikan dan
apakah masyarakat mengingat dengan baik hal yang disampaikan oleh orator.
Comments
Post a Comment