Chapter 16: Cognitive Dissonance Theory


COGNITIVE DISSONANCE THEORY
Of Leon Festinger
(Teori Disonansi Teori)                 
Leon Festinger menyatakan disonansi kognitif sebagai sebuah perilaku yang tidak konsisten yang muncul dalam diri seseorang karena perasaan tidak nyaman terhadap sesuatu. Disonansi kognitif adalah perasaan tidak nyaman yang memotivasi seseorang untuk mengambil langkah untuk mengurangi rasa tidak nyaman tersebut.
Dissonance: discord between behavior and belief
Festinger menyatakan bahwa ketidaknyamanan muncul karena ada ketidaksesuaian antara sikap dengan keyakinan dalam diri seseorang. Misalnya Lea adalah seorang perempuan yang memiliki kekasih, namun ia dekat dengan laki laki lain. Lea menyadari bahwa perilakuya salah karena menghianati kekasihnya, ia pun merasa tidak nyaman. Rasa ketidaknyamanan itu muncul karena ada ketidaksesuaian antara perilaku Lea dengan keyakinannya. Sehingga Lea harus mengambil langkah untuk mengubah perilaku atau keyakinannya untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang ia rasakan.
Reducing dissonance between actions and attitudes
Festinger mengemukakan tiga hipotesis yang digunakan oleh orang orang untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan dan memastikan bahwa tindakan dan sikap mereka berada di posisi yang sesuai.
1.     Hipotesis 1: Selective exposure
Ketika seseorang menyeleksi pesan atau informasi yang diterima untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan karena tidak sesuai dengan kepercayaan mereka. Proses ini membantu untuk mengurangi disonansi dan mencari informasi yang konsisten dengan sikap dan perilaku seseorang
2.     Hipotesis 2: Post dissonance
Rasa tidak nyaman atau ragu setelah membuat suatu keputusan penting karena tidak yakin apakah keputusan tersebut benar atau salah.  
3.     Hipotesis 3: Minimal justification hypothesis
Klaim bahwa cara terbaik untuk memicu perubahan sikap pada orang lain adalah dengan menawarkan intensif yang cukup
 Three state of the art revisions: the cause and effect of dissonance
Model proses disonansi kognitif oleh Festinger:
Attitude/behavior inconsistency à Dissonance created à Attitude change à Dissonance reduce                                                                                                                                          
1.     Self consistency: the rationalizing animal
Elliot Aronson yang merupakan salah satu murid Festinger berpendapat bahwa terkadang kita menemukan rasa keingintahuan yang tidak konsisten.
Misalnya, Andrew menerima email berupa tiket parkir yang bertanggal beberapa bulan setelah ia lulus dan pindah ke Negara lain. Terdapat dua pemikiran yang terlintas dibenak Andrew (1) ia tidak parkir di kampus pada bulan itu, dan (2) tapi tiket parkir itu menunjukan bahwa ia parkir di kampus. Hal ini yang disebut logika yang tidak konsisten.
2.     Personal Responsibillity for bad outcomes (the new look)
Joel Cooper berpendapat bahwa kita akan mengalami disonansi ketika kita mempercayai bahwa tindakan kita secara tidak langsung menyakiti orang lain.
3.     Self affirmation to despite dissonance
Claude steele berpendapat bahwa disonansi tidak selalu yag mendorong seseorang untuk membenarkan tindakan mereka dengan mengubah sikap, melainkan beberapa orang dapat berpikir sendiri secara positif tentang diri mereka dan mengubah siap mereka untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman

Penelitian yang menggunakan teori disonansi kognitif:
Judul: DISONANSI KOGNITIF PEREMPUAN BERJILBAB YANG MEROKOK
Perempuan berjilbab sering diletakan dengan suatu hal yang positif, jika disandingkan dengan rokok yang merupakan perilaku kurang pantas maka akan menghasilkan asumsi yang menempatan perempuan berjilbab perokok pada ketidaknyamanan. Rasa ketidaknyamanan ini disebut disonansi kognitif. Fokus penelitian ini adalah proses disonasi kognitif yang terjadi pada perempuan berjilbab yang merokok dan usaha usaha yang dilakukan untuk mengurangi disonansi yan terjadi berkaitan dengan perubahan perilaku atau keyakinan. Faktor yang menyebabkan terjadinya disonansi adalah petentangan antara makna jilbab sebagai penutup aurat dan perilaku merokok yang dianggap sebagai perilaku yang kurang baik, disonansi kognitif yang dialami muncul karena adanya teguran dan sindiran serta pandangan negatif dari orang lain yang memunculkan perasaan tidak enak, bersalah dan malu. Perempuan berjilbab yang merokok mengurangi disonansinya dengan mempercayai bahwa perempuan berjilbab yang merokok tidak selalu negatif, mereka juga mengubah perilaku dengan memilih tempat merokok yang tidak terlalu ramai bahkan tempat tertutup seperti dirumah. Selain itu mereka juga memilih teman yang dapat menerima perilaku merokoknya dan menghindari teman yang akan berkomentar negatif.  

Comments

Popular posts from this blog

Chapter 19: Cultural Approach to Organizations

Chapter 17: Functional Perspective on Group Decision Making

Learning Online During A Pandemic