Chapter 5: Symbolic Interactionism


SYMBOLIC INTERACTIONISM
Of George Herbert Mead.
(Teori Interaksi Simbolik Oleh George Herbert Mead)
Herbert Blumer adalah seorang murid dari Mead yang merupakan professor filsafat di Universitas Chicago. Blumer membuat istilah interaksi simbolik yang mengadopsi berbagai teori yang telah dikemukakan oleh Mead.

A.    Makna: Dasar Dari Realitas Sosial
Blumer memulai dengan sebuah teori bahwa “ individu berperilaku kepada masyarakat atau objek berdasarkan apa yang ia pahami secara mendasar tentang masyarakat atau objek tersebut” Seseorang akan bertindak sesuai dengan bagaimana ia memaknai suatu situasi yang sedang ia hadapi. Maka persepsi atau anggapan kita terhadap seseorang, objek atau situasi akan membentuk pola perilaku kita di lingkungan sosial.
                                                                                                                                
B.    Bahasa: Sumber Dari Makna
Teori kedua yang disampaikan Blumer adalah “suatu makna tumbuh dari interaksi sosial antara satu individu dengan individu yang lain”. Bahasa memiliki peran yang penting dalam memaknai suatu hal karena merupakan sumber dari makna yang akan disampaikan oleh suatu individu terhadap situasi yang sedang ia hadapi.

C.    Berpikir: Proses Pengambilan Peran Orang Lain
Teori ketiga Blumer adalah “interpretasi suatu individu mengenai suatu simbol dibentuk oleh pemikiran individu itu sendiri” Menurut Blumer seseorang bisa mengambil peran dari orang lain, kita bisa menilai diri kita sendiri melalui pandangan orang lain.

D.    Diri adalah Refleksi dari Cermin
Teori selanjutnya adalah “kita melukiskan sosok diri kita dengan kuas yang datang dari mengambil perang orang lain, lalu membayangkan bagaimana kita melihat orang lain” Suatu konsep diri tidak datang begitu saja, konsep tersebut dihasilkan oleh masyarakat sosial sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitar.

E.     Masyarakat: Efek Mensosialisasikan Harapan Orang Lain
Dalam kehidupan kita sehari hari kita tidak hanya berinteraksi dengan keluarga atau orang terdekat saja, tapi juga dengan dunia luar. Dunia luar adalah dunia yang lebih luas sehingga kita harus bisa berinteraksi dengan semua orang. Hal

CONTOH INTERAKSI SIMBOLIK YANG DITERAPKAN
1.     Menciptakan realita
2.     Penelitian bermakna
3.     Generalized other
4.     Penamaan
5.     Ekspektasi/harapan
6.     Manipulasi simbol


Judul: JURNAL SKRIPSI INTERAKSIONISME SIMBOLIK DALAM PENDIDIKAN KARAKTER PADA KEGIATAN PRAMUKA DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN

Abstrak: ABSTRAK Muhammad Bahtiar Taufiqur Rohman. K8411048. “INTERAKSIONISME SIMBOLIK PADA KEGIATAN PRAMUKA DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. September 2016. Penelitian bertujuan untuk mengetahui: (1) persepsi peserta didik terhadap kegiatan Pramuka yang diselenggarakan di SMA Negeri 1 Mojolaban; (2) bentuk-bentuk kegiatan kepramukaan di SMA Negeri 1 Mojolaban; (3) dampak kegiatan Pramuka di SMA Negeri 1 Mojolaban terhadap perilaku peserta didik. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data berasal dari wawancara, observasi, serta dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan tujuh informan, yang terdiri dari dua peserta didik yang dianggap rajin (aktif) mengikuti kegiatan Pramuka dan dua peserta didik yang dianggap malas (pasif) mengikuti kegiatan Pramuka. Informan lainnya adalah satu pembina Pramuka dan dua Dewan Ambalan sebagai pembantu pembina Pramuka. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan informan dengan cara purposive sampling. Dalam melakukan uji validitas data, yang dilakukan yaitu dengan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik analisis data menggunakan analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan data (verifikasi data). Hasil penelitian menunjukkan: (1) Persepsi peserta didik terhadap kegiatan Pramuka di SMA Negeri 1 Mojolaban adalah (a) ikut Pramuka karena aturan wajib, (b) menegangkan, (c) membosankan; (2) Bentuk kegiatan Pramuka di SMA Negeri 1 Mojolaban adalah (a) kedisiplinan, (b) mencatat, (c) minim komunikasi dalam kegiatan; (3) Peserta didik menjadi objek dalam balutan kegiatan Pramuka sesuai konsep “me” menurut Mead. Kesimpulan penelitian ini adalah realisasi kegiatan wajib Pramuka di SMA Negeri 1 Mojolaban tidak menunjukkan pembentukan karakter, dan membentuk diri peserta didik menjadi objek atau “Me” menurut Mead.

Kesimpulan: Mayoritas peserta didik mengikuti kegiatan Pramuka disebabkan aturan wajib. Peserta didik tidak suka dengan cara Giat Operasional (giatops) dalam mendisiplinkan peserta didik. Bentuk kegiatan mencatat dengan tempo yang sangat cepat dan materi yang diulang-ulang juga menimbulkan rasa bosan oleh peserta didik. Tindakan “konsumsi” oleh pembina Pramuka menyebabkan bentukbentuk kegiatan Pramuka hanya berlangsung secara turun-temurun. Pembentukan konsep Mead mengenai posisi “Me” sangat kental ditujukan kepada peserta didik dalam fenomena yang terjadi pada kegiatan wajib ekstrakurikuler Pramuka.

Comments

Popular posts from this blog

Chapter 19: Cultural Approach to Organizations

Chapter 17: Functional Perspective on Group Decision Making

Learning Online During A Pandemic