Chapter 6: Coordinated Management of Meaning (CMM)


COORDINATED MANAGEMENT OF MEANING (CMM)
Of W. Barnett Pearce & Vernon Cronen
(Teori Manajemen Koordinasi Makna)
Barnet Pearce dan Vernon Cronen menyatakan “persons in conversations co-construct their own social realities and are simultaneously shaped by the word they created” Mereka memunculkan CMM agar dalam situasi komunikasi yang luas kita bisa bertindak efektif. Dunia sosial adala sesuatu yang diciptakan atau dikonstruksi, ole karena itu para pengguna CMM memiliki beberapa prinsip.
Yang pertama adalah keterlibatan seseorang dalam sebuah percakapan adalah proses utama dalam kehidupan sosial. Menurut Pearce komunikasi bukan sekedar kegiatan bagi seseorang, tapi komunikasi adalah hal yang membentuk siapa diri kita dan yang menciptakan hubungan kita dengan orang lain.
Yang kedua adalah cara seseorang berkomunikasi sering kali lebih penting dari pada isi dari pembicaraannya. Bahasa adalah hal yang sangat berkuasa dalam penciptaan dunia sosial.
Ketiga, yaitu perilaku seseorang dalam sebuah percakapan secara reflex diproduksi selama interaksi berlangsung. Setiap hal yang kita lalukan secara refleks akan berbalik dan mempengaruhi kita. Tindakan seseorang dalam suatu percakapan dapat menentukan kelanjutan dari percakapan atau interaksi yang sedang terjadi.
Terakhir, para pengguna CMM penuh rasa ingin tahu karena mereka tidak mengharapkan kepastian ketika berhadapan dengan individu di luar kehidupan mereka karena selalu berubah.
·       Stories Told: kata kata naratif yang kita gunakan untuk memahami storied lived
1.     Lived stories- apa yang sebenarnya kita lakukan
2.     Unknown stories- cerita yang tidak disampaikan
3.     Untold stories- cerita yang kita pilih untuk tidak disampaikan
4.     Unheard stories- cerita yang tidak didengar
5.     Unttelable stories- cerita yang terlarang untuk disampaikan atau terlalu menyakitkan untuk disampaikan
6.     Story telling- cara bercerita
7.     Stories told- apa yang kita katakana sedang kita lakukan
·       Stories Lived: perilaku yang terkonstruksi yang kita jalani bersama orang lain.
Koordinasi berperan pada saat kita menyesuaikan stories lived kita dengan stories lived orang lain sebagai cara untuk membuat hidup lebih baik. Kita akan menginterprestasikan others stories sehingga mencapai sebuah coherence- management of meaning.
Pearce dan Cronen memberi beberapa model untuk membantu seseorang dalam sebuah percakapan. Yaitu the atomic model dan the serpentine model. Jika menggunakan tomic model maka ada 4 konteks yaitu episode, relationship, identity dan culture. Episode: mendeskripsikan konteks dimana suatu individu bertindak. Membahas rutinitas komunikasi yang dimiliki awal, pertengahan, dan akhir yang jelas. Relationship: disaat dua orang menyadari potensi dan batasan mereka dalam suatu hubungan. Sementara culture adalah dimana individu mengidentfikasikan diri mereka dengan kelompok tertentu dalam kebudayaan tertentu.


Judul: ALIF KOORDINASI MAKNA PESAN GURU TERHADAP PESERTA DIDIK KELOMPOK B DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PAKET PERMAINAN INTERAKTIF

Katry Anggraini

Abstrak:   Koordinasi makna pesan guru dalam pembentukan karakter peserta didik kelompok B melalui paket permainan interaktif Alif dengan studi kasus Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Mitra Cendekia Sarimulya-Tangerang Selatan, menggunakan paradigma penelitian konstruktivisme, metode penelitian studi kasus dengan jenis penelitian yang dilakukan kualitatif. Dengan menggunakan teori manajemen makna terkoordinasi dimana terjalinnya komunikasi guru kepada peserta didik melalui paket permainan interaktif Alif dan teori pembentukan karakter.
            Hasil penelitian ditemukan bahwa koordinasi makna guru TKIT Mitra Cendekia Indonesia Sarimulya-Tangerang Selatan adalah memberikan makna pesan pada moral yang berbentuk akhlak dan aqidah dengan pengenalan sang Pencipta. Kesimpulan yang diambil bahwa komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh guru TKIT Mitra Cendekia dalam menyampaikan makna pesan dalam paket permainan interaktif Alif melalui bermain, bercerita, dengan alat peraga serta aktifitas yang menyenangkan peserta didik sehingga mereka dengan mudah dapat mengerti maksud makna pesan yang disampaikan.
Kesimpulan: Pembentukan karakter anak usia dini yang diimplementasikan pada paket permainan interaktif alif berlandaskan dengan aqidah memperkenalkan sifat sang pencipta. Dalam koordinasi makna pesan, guru melakukan pendekatan baik tu melalui bercerita, membujuk dengan permainan, yel yel, cerita, simbol, ekspresi dan alat peraga. Guru tidak hanya menjalin atau membangun komunikasi dengan pserta didik tetapi juga dengan orang tua karena orang tua memegang peranan penting dalam pembentukan karakter. Peraturan yang ditetapkan TKIT mitra cendekia Indonesia dibuat tidak terkesan sebagai aturan yang membuat peserta didik tidak nyaman, melainkan sebuah pengarahan yang dibuat oleh guru guru yang dimasukan kedalam pembelajaran.



Comments

Popular posts from this blog

Chapter 19: Cultural Approach to Organizations

Chapter 17: Functional Perspective on Group Decision Making

Learning Online During A Pandemic